Komuditas budidaya Secara umum klasifikasi ikan nila menurut Suyanto (2003), adalahsebagi berikut; Filum : Chordata, Sub Filum : Vertebrata, Kelas : Osteichtyes, Sub Kelas : Acanthopterigii, Ordo : Percomophy, Sub Ordo : Percoidea, Famili : Cichilidae, Genus : Oreochromis, Spesies : Oreochromisniloticus. Menurut Saanin (1986), ikan nila mempunyai ciri-ciri morfologi sebagai berikut : bentuk tubuh panjang dan ramping, sisiknya besar berjumlah 24 buah, terdapat gurat sisi (linea lateralis) terputus-putus di bagian tengah badan kemudian berlanjut tetapi letaknya lebih kebawah dari pada letak garis yang memanjang di atas sirip dada, matanya menonjol dan bagian tepinya berwarna putih. Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang makin mengabur pada ikan dewasa. Ekor bergaris-garis tegak berjumlah 7-12 buah Nila merupakan salah satu kelompok spesies budidaya terpenting di dunia. Menurut FAO (2005), total produksi global budidaya nila mencapai 1,7 juta metrik ton (mt) dengan total nilai sebesar 178 juta dollar Amerika. Produksi nila pada tahun 2009 di Indonesia mencapai 323.389 ton atau meningkat 11,12% dibandingkan tahun 2008 (Dirjen Budidaya, 2010). Nila sebagai komiditas ikan mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting sebagai penopang ekonomi masyarakat karena nila mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya; mudah di budidayakan, pertumbuhan relatif cepat, mudah berkembang biak, dan relatif tahan terhadap penyakit. Intensifikasi budidaya membawa dampak yang kurang baik terhadap kelestarian dan kesehatan lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan ini disebabkan karena limbah organik yang dihasilkan dari sisa pakan dan kotoran. Limbah organik tersebut umumnya didominasi oleh senyawa nitrogen anorganik yang beracun. Menurut Asaduzzaman et al. (2008) dan De Schryver et al.(2008), tingginya penggunaan pakan buatan pada budidaya intensif menyebabkan pencemaran lingkungan dan peningkatan kasus penyakit. De Schryveret al. (2008) dan Crab et al. (2007) menyatakan bahwa ikan hanya menyerap sekitar 25% pakan yang diberikan, sedangkan 75% sisanya menetap sebagai limbah didalam air. Limbah dari pakan tersebut akan dimineralisasi oleh bakteri menjadi ammonia. Akumulasi ammonia dapat mencemari media budidaya bahkan dapat menyebabkan kematian (Avnimelech, 1999; Avnimelech, 2009). Meskipun tergolong relatif mudah, budi daya ikan nila tetap memerlukan penanganan yang baik dan terencana. Hal yang pertama kali perlu dipersiapkan adalah pemilihan lokasi usaha karena dengan memilih/menyiapkan lokasi usaha yang tepat diharapkan usaha tersebut akan berjalan seperti yang diharapkan. Pemilihan lokasi usaha harus mempertimbangkan beberapa aspek, seperti aspek teknis ( berkaitan dengan teknis lahan sebagai wadah budidaya ikan baik tanah maupun airnya), aspek ekonomi (ekonomis terkait dengan pendukung pemasaran dan biaya produksi), dan faktor social (berkaitan dengan daya terima masyarakat sekitar lokasi budidaya ikan). sehingga selama proses budidaya tidak akan ditemui kendala yang akan menghambat usaha tersebut.
2.1 Sejarah Singkat Ikan Nila Ikan nila sangat dikenal oleh masyarakat penggemar ikan air tawar, baik di Negara berkembang maupun di Negara maju.Menurut sejarahnya, ikan nila pertama kali di datangkan dari Taiwan ke Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor pada tahun 1969.Setahun kemudian, ikan nila mulai disebarkan ke beberapa daerah. Pemberian nama nila berdasarkan ketetapan Direktur Jendral Perikanan tahun 1972. Nama tersebut diambil dari nama spesies ikan ini, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi Nila. Adapun klasifikasiikan nila sebagai berikut : Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Klasifikasi Ilmiah ikan nila: Kingdom : Animalia Filum : Chortoda Subfilum : Vertebrata Class : Osteichtyes Subclass : Acanthontopterigy Ordo : Percomorphy Subordo : Percoidae Family : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) Ikan Nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air ta...
Komentar
Posting Komentar