Langsung ke konten utama

Motivasi anak perikanan

EKOSISTEM DUNIA PERIKANAN Oleh: Toguan Sihombing, S.Pi Keseharianku beraktifitas tak jauh dengan urusan kolam, maka pada kesempatan kali ini aku mencoba membahas seputar ekosistem pada dunia perikanan itu. Ekosistem dimaksudkan erat kaitannya dengan suatu sistem kehidupan didalamnya yang saling ada kaitannya. Jika tidak ada kaitannya, maka ia harus dikeluarkan dari yang disebut sistem tersebut. Pada rangkaian sistem tersebut, ada yang namanya jenis-jenis ikan, diantara jenis ikan itu masing-masing ada posisinya, sebagai anak maupun sebagai ayah atau ibu. Anak-anak ikan dilingkungan itu bermacam pula banyaknya tergantung jenis apa ayah-ibunya. Misal jika ibunya ikan mas, anak-anaknya puluhan ribu, jika ibunya ikan gurami anaknya paling ribuan, rata-rata tiga ribuan. Kondisi anak-anaknya ini biasanya pertumbuhan relatif merata, jika ingin cepat besar dapat diberikan makanan yang bergizi dan jumlahnya banyak, namun kebiasaan "pembudidaya" yang mengurusnya cenderung ingin ikannya cepat besar tapi makannya tak diperhatikan. Kadang cuma dikasih daun talas. Jika kurang kenyang terpaksa cari makan sendiri. Nasib ikan memang begitu, gimana mau menyampaikan aspirasi soal makan nggak cukup, ikan nggak bisa komunikasi ke "pembudidaya" yang mengurusnya, selain beda bahasa juga jalurnyapun tak ada. Komunitas ikan dalam suatu ekosistem kolampun memiliki pemimpin-pemimpin yang bermacam-macam sifat, perilaku maupun tabiatnya. Jika pada masa lalu, ayahnya dari jenis arwana, si ayah itu begitu sayang pada anak-anaknya. Betapa bahagianya anak-anak ikan, sudah ayahnya tampan, juga sangat penyayang pada anaknya dan tidak seperti ibunya begitu mengeluarkan telur tak mau tau lagi tentang nasibnya. Ikan itu juga ada yang sangat cerdas, sehingga ia rela memanfaatkan kecerdasannya itu untuk membangun suatu komunitas yang tangguh dan sejahtera, meskipun ia sempat terperangkap pada suatu keadaan demi untuk mensejahterakan ikan-ikan kelas bawah, seperti ikan teri. Sebaliknya, ada juga induk ikan, yang tak mau tau nasib anak-anaknya dan menelantarkan hidup ribuan ekor yang menjadi tanggungjawabnya. Itulah, yang namanya induk ikan, punya ribuan anak memang takkan bisa ia lihat langsung nasibnya satu persatu, karena mata ikan cuma dua, mau mendengarkan keluhan ribuan anak-anaknyapun tak bisa karena ikan tak punya telinga. Dalam dunia ekosistem perikanan, terjadi didalamnya adanya sifat pengasuh, seperti pada induk ikan nila yang rela tak makan demi mengurus anak-anaknya hingga anak-anaknya itu mampu mandiri untuk kekehidupan yang sejahtera. Bukti pengorbanannya itu, dapat dilihat sampai bobot badannya menurun atau kurus. Demi mengurus anak-anaknya, jangankan merokok, makanpun ia tahan. Sifat lainnya adalah, kanibalisme atau memakan sesamanya bisa terjadi. Hal seperti ini biasa terjadi seperti sifat ikan lele yang memangsa sesamanya atau jenis lainnya yang ukuran badan yang dimakan lebih kecil darinya. Namun, pada komunitas lele bisa saja terjadi, jika pada populasi dalam satu kolam telah ada anak-anak lele yang terdahulu mendiami tempat itu, bisa saja ia akan membuli anak-anak lele lainnya yang baru digabungkan. Kebiasaan itu lumrah terjadi dalam satu ekosistem pada awal-awal tebar saja. Namun untuk meredam potensi terjadinya konflik antar geng tersebut, perlu penanganan yang bijaksana oleh si "pembudidaya" caranya tebar saja makanan yang sama-sama mereka sukai, setelah perut mereka terisi biasanya tak akan ada konflik, jangan sesekali memberikan jenis makanan yang berbeda, pilih kasih, disini tebar makanan banyak, disudut sana tak kebagian. Perlu pemberian makanan yang adil, jangan menebar makanan di dekat tangan saja, tapi hamburkan jugalah ke tepi-tepi sana, sebab domisili anak lele itu sampai ke sudut-sudut ada. Biasanya, dalam satu lingkup perlelean, tentunya yang terbayang semuanya bisa menghasilkan manfaat, bisa cepat panen, ukuran merata dan tingkat kehidupannya tinggi. Namun, jika dalam mengurusnya tak bijaksana, pilih kasih, bisa membuat kacau target panennya. Lele yang puas makanannya akan cepat besar, sementara yang kurang makan akan kerdil.Yang besar bisa makan yang kecil, yang kecilpun jika ia besar akan memakan yang kecil sebagai akibat didikan turun-temurun yang ada pada tradisi mereka. Oleh karena itu, sebagian kita para praktisi perikanan ini telah tau bagaimana cara mengurus anak-anak ikan, mulai dari tempat tinggalnya, kondisi lingkungan barunya, kebutuhan makannya, jika ribuan ikan telah dialihkan ke kita untuk memeliharanya, tak dikasih makan pokoknya hingga berminggu-minggu atau makanan tambahannya sudah berbulan-bulan, lalu bagaimana nasib anak-anak ikan ini?...biasanya, belahlah perutnya, hanya berisi tanah untuk mengganjal ususnya supaya tak saling menempel. Sebagai sesama ciptaan Tuhan, lele punya kita juga punya perut, jika tak berisi tentu kita bisa merasakan perihnya perut lele yang tak makan itu, suatu ketika pernah menemukan begitu dan mengetahui isi perutnya cuma tanah, tak terbayangkan olehku bagaimana enaknya tanah itu dan membayangkan betapa nikmatnya pelet bergizi yang dimakan oleh lele-lele lainnya yang telah lebih dulu sejahtera. Di dalam ekosistem dunia ikan tersebut, juga ada kategori jenis ikan penjilat, seperti ikan sapu-sapu yang trampil menjilat lumut dibenda-benda apa saja dalam air. Tak hanya jenis itu, ada juga jenis-jenis dari golongan Cyprinidae yang memang hobbynya sebagai ikan penjilat. Biasanya posisi mulutnya relatif ke bawah, memang sudah sifatnya biar nggak kelihatan orang ia sebagai ikan penjilat. Membaca tulisan seperti ini, ada juga ikan-ikan dari golongan labirin yang ciri-ciri gambaran mulutnya seperti orang sinis atau mencibir, mencemooh. Biasanya ikan seperti itu cari makanannya di permukaan air. Jika rebutan makanan dialah yang berpeluang cepat kenyang. Terakhir, poligami juga terjadi bagi kehidupan ikan, jantan satu betinanya bisa tiga. Tapi karena tulisan ini dibuat sudah menunjukkan jam 03.42 pagi, maka bahasannya disudahi dulu. Tak bermaksud untuk menyindir seseorang atau kelompok, ini hanya cerita dalam mimpi walaupun sebenarnya aku terbangun saat menuliskannya.

Komentar

  1. Make money with no deposit bonus: gambling sites for bonus codes
    Here we review the best online gambling sites หาเงินออนไลน์ for online gambling - whether it's the no-deposit bonus, free spins,

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah singkat ikan nila

2.1 Sejarah Singkat Ikan Nila Ikan nila sangat dikenal oleh masyarakat penggemar ikan air tawar, baik di Negara berkembang maupun di Negara maju.Menurut sejarahnya, ikan nila pertama kali di datangkan dari Taiwan ke Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Bogor pada tahun 1969.Setahun kemudian, ikan nila mulai disebarkan ke beberapa daerah. Pemberian nama nila berdasarkan ketetapan Direktur Jendral Perikanan tahun 1972. Nama tersebut diambil dari nama spesies ikan ini, yakni nilotica yang kemudian diubah menjadi Nila. Adapun klasifikasiikan nila sebagai berikut : Gambar 1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Klasifikasi Ilmiah ikan nila: Kingdom : Animalia Filum : Chortoda Subfilum : Vertebrata Class : Osteichtyes Subclass : Acanthontopterigy Ordo : Percomorphy Subordo : Percoidae Family : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) Ikan Nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air ta

Analisa usaha budidaya ikan nila

2.5 Analisa usaha budidaya ikan nila luas kolam 1000 m2 merupakan lahan sewa. Benih yang akan dibesarkan sebanyak 60.000 ekor . Jumlah tenaga kerja 3 orang Rp. 2.000.000 per bulan/orang Pembesaran ini selama 4 bulan berukuran 200-300 gram/ekor Total produksi nila komsumsi yang dipanen kurang lebih 10 ton. Biaya sarana pembesaran Kolam 1000m2 sewa selam 4 bulan = Rp. 4.000.000 Benih nila 6.000 ekor = Rp. 18.000.000 Alat perikanan = Rp. 2.000.000 Total = Rp.24.000.000 Biaya operasional Biaya pakan = Rp. 60.000.000 Tenaga kerja 3 orang = Rp. 6.000.000 Obat-obatan = Rp. 10.000.000 Total = Rp. 76.000.000 Biaya pengeluaran keseluruhan Biaya sarana = Rp. 24.000.000 Biaya operasional = Rp. 76.000.000 Total = Rp.100.000.000 Pendapatan Pendapatan = total produksi X harga jual = 10.000 Kg X Rp. 16.000 = Rp. 160.000.000 Keuntungan Keuntungan = pendapatan total pengeluaran = Rp. 160.000.000 Rp. 100.000.000 = Rp. 60.0000 BEP harga = total modal